A.
PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
1.
Perbedaan Kepentingan, Prasangka, Diskriminasi,
dan Etnosentris
Kepentingan
merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Tingkah laku individu
merupakan cara atau alat dalam memenuhi kepentingannya. Sehingga
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu di dalam manifestasi pemenuhan
dari kepentingan tersebut. Ada 2 jenis kepentingan dalam diri individu yaitu
kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis.
Prasangka diartikan sebagai suatu anggapan terhadap
sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih
dahulu. Bahasa arab menyebutnya “suudzon”. Tetapi di sisi lain terdapat juga
anggapan yang baik terhadap sesuatu, dalam bahasa arab disebut “khusnudzon”. Prasangka merupakan
dasar pribadi seseorang yang setiap orang memilikinya. Prasangka selalu
ada pada mereka yang berpikirnya sederhana dan masyarakat yang tergolong
cendekiawan, sarjana, dan pemimpin atau negarawan. Dalam kaitan dengan dasar
kebutuhan pribadi, prasangka menunjukkan pada aspek sikap. Sedangkan untuk diskriminasi menunjukkan
pada aspek-aspek tindakan. Jadi
prasangka merupakan kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak
lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian
diskriminatif merupakan tindakan yang realistis, sedangkan prasangka tidak
realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing. Prasangka ini
sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak
berdasarkan pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau
pengoperan langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang
telampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat
berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan)
terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-hari prasangka ini banyak
dimuati emosi-emosi atau unsure efektif yang kuat. Tetapi, bisa saja seseorang bertindak diskriminatif
tanpa latar belakang prasangka. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang
berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif.
Etnosentrisme merupakan
sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan orang lain dengan menggunakan
ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Dan diajarkan kepada anggota kelompok secara
sadar atau tidak, bersama-sama dengan nilai kebudayaan. Hal ini terjadi
karena nilai-nilai yang telah tersosialisasi sejak kecil sudah
menjadi nilai yang mendarah daging dan sangatlah susah untuk berubah dan
cenderung dipertahankan bila nilai itu sangat menguntungkan bagi dirinya.
2.
Pertentangan Sosial dalam Masyarakat (Contoh
Kasus)
Pertentangan
sosial sering terjadi dikalangan masyarakat dikarenakan setiap manusia mempunyai kepribadian yang
berbeda. Pertentangan sosial adalah suatu kegiatan yang menentang ilmu -
ilmu sosial yang biasanya terjadi karena kesalah-pahaman. Contoh pertentangan
sosial adalah tawuran, kerusuhan, perang antar suku dan banyak lagi. Contoh
yang paling sering kita lihat adalah tawuran, tawuran yang sering terjadi
biasanya didasari oleh keinginan berkuasa atas suatu tempat atau suatu barang
bahkan orang.
3.
Pengertian Integrasi Sosial dan Integrasi Nasional
Secara arti kata Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration"
yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Dalam hal ini integrasi sosial
dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda
dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang
memiliki keserasian fungsi. Sedangkan definisi lain dari integrasi adalah suatu
keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi terhadap kebudayaan
mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka
masing-masing. Sehingga integrasi memiliki dua pengertian, yaitu:
- Pengendalian terhadap konflik dan
penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu.
- Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan
unsur-unsur tertentu.
Yang disebut integrasi sosial
adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu
adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Suatu integrasi sosial di
perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan,
baik merupakan tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial
budaya. Bentuk integrasi sosial:
- Asimilasi yaitu pembauran kebudayaan
yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli.
- Alkulturasi yaitu penerimaan sebagian
unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.
Integrasi
nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat
menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat
kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Selain itu dapat pula diartikan bahwa integrasi
bangsa merupakan kemampuan pemerintah yang semakin meningkat untuk menerapkan
kekuasaannya di seluruh wilayah. Integrasi nasional akan lahir jika integrasi
sosial dalam masyarakat berjalan dengan baik. Kesempurnaan dalam integrasi
sosial sebuah masyarakat akan membentuk kekuatan suatu bangsa. Perbedaan
pendapat, keyakinan, suku, ras dan budaya dapat diatasi dengan tingginya
solidaritas dan tenggang rasa antar masyarakat.
4.
Contoh Kasus tentang Integrasi Sosial
Perbedaan pendapat dan
keyakinan dapat menjadi penyebab timbulnya kasus dalam integrasi sosial. Akhir-akhir
ini banyak terjadi perselisihan antar umat beragama. Banyak terjadi kasus bom
yang melanda di Indonesia pada saat ini. Sebagai contoh kasus bom di Solo, Jawa
Tengah. Kasus tersebut langsung membuat kaget seluruh masyarakat Indonesia. Kejadian
yang membuat kaget seluruh Indonesia tersebut sudah membuat persaudaraan antar
umat beragama berjalan agak kurang baik. Kejadian seperti inilah yang
seharusnya di tindak tegas oleh pemerintah. Keamanan harus lebih ditingkatkan karena akan membuat persaudaraan antar
umat beragama semakin renggang. Selain itu, dari masing-masing individu juga
seharusnya memiliki solidaritas tinggi dan tenggang rasa antar masyarakat,
sehingga kasus yang seperti ini seharusnya dapat dihindarkan.
5.
Contoh Kasus tentang Integrasi Nasional
Perbedaan suku, ras, dan budaya dapat menjadi penyebab
timbulnya kasus dalam integrasi nasional. Sebagai contoh di Jayapura, perang
antar kelompok kembali terjadi. Dua kelompok, yang dikenal dengan nama
kelompok atas (pegunungan) dan kelompok bawah (pantai), terlibat
pertikaian hanya karena honai milik kelompok bawah dibakar oleh kelompok atas. Dari
data yang didapat, korban terkena panah kebanyakan dari kelompok bawah, sekitar
21 orang.
B.
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN
1.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
(Admojo, 1998). Mohamad Hatta mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam. Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal
prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah
keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun
fisik. “Ilmu pengetahuan” lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri
dari dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang masing-masing punya
identities sendiri-sendiri.
2.
Pengertian Teknologi
Teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu
masalah dengan cara mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai
kebudayaan dan skala nilai yang ada. Teknologi menurut Ellul adalah berbagai
usaha, metode, dan cara untuk memperoleh hasil yang distandarisasi dan diperhitungkan
sebelumnya. Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta
untuk mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi. Selain menimbulkan
dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah pelaksanaan
kegiatan dalam hidup, teknologi juga memiliki berbagai dampak negatif jika
tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan teknologi
adalah kesempatan kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja makin
bertambah.
3.
Ciri-ciri Fenomena Teknik dalam Masyarakat
Fenomena teknik pada masyarakat masa kini, menurut
Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh
teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
2) Artifisialitas,
artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
3) Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan
dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu
mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis.
4) Teknik berkembang pada suatu kebudayaan.
5) Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan
saling bergantung.
6) Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan
dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
7) Otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip
sendiri.
4.
Ciri-ciri Teknologi Barat
1) Serba intensif dalam segala hal, seperti
modal, organisasi, tenaga kerja dan lain-lain, sehingga lebih akrab dengan kaum
elit daripada dengan buruh itu sendiri.
2) Dalam struktur sosial, teknologi barat
bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
3) Kosmologi
atau pandangan teknologi Barat adalah menganggap dirinya sebagai pusat yang
lain.
5.
Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup gambaran kekurangan materi dan kebutuhan sosial.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup gambaran kekurangan materi dan kebutuhan sosial.
6. Ciri-ciri Manusia Yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan
Manusia dikatakan berada di
bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan
lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal,
yaitu:
1) Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan.
2)
Posisi manusia dalam lingkungan sekitar.
3) Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Berdasarkan ukuran ini, maka mereka yang
hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri
seperti tanah, modal, ketrampilan, dll.
2) Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset
produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau
modal usaha.
3) Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai
SD.
4) Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
5) Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan
tidak mempunyai keterampilan.
7.
Fungsi Kemiskinan
Jika kita menganut teori fungsionalis dan statistika (Davis),
maka kemiskinan memiliki sejumlah fungsi:
1) Fungsi ekonomi: penyediaan dana untuk
pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuka lapangan kerja baru dan
memanfaatkan barang bekas.
2) Fungsi sosial: menimbulakan altruisme
(kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya,
sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya badan amal.
3) Fungsi kultural: sumber inspirasi
kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya
saling mengayomi antara sesama manusia.
4) Fungsi politik: sebagai kelompok gelisah atau
masyarakat marginal untuk saling bersaing bagi kelompok lain.
C. AGAMA DAN MASYARAKAT
1. Fungsi Agama dalam Masyarakat
Indonesia memiliki banyak
sekali budaya dan adat istiadat yang juga berhubungan dengan masyarakat dan
agama. Dari berbagai budaya yang ada di Indonesia dapat dikaitkan hubungannya
dengan agama dan masyarakat dalam melestraikan budaya. Masyarakat juga turut
mempunyai andil yang besar dalam melestarikan budaya, karena masyarakatlah yang
menjalankan semua perintah agama dan ikut menjaga budaya agar tetap
terpelihara. Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahakan secara empiris
karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat
merasa sejahtera, aman, dan stabil. Agama dalam masyarakat bisa difungsikan
sebagai berikut:
1) Fungsi Edukatif
Agama memberikan
bimbingan dan pengajaaran dengan perantara petugas-petugasnya (fungsionaris)
seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru agama dan lainnya, baik
dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi) pendalaman
rohani, dsb.
2) Fungsi Penyelamatan
Bahwa setiap
manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup sekarang ini maupun sesudah
mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam agama. Agama
membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral” dan “makhluk tertinggi”
atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan ini
manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan.
3) Fungsi Pengawasan Sosial
Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang
dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat. Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah
moral (yang dianggap baik) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari
sistem hukum negara modern.
4) Fungsi Memupuk Persaudaraan
Kesatuan
persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan manusia-manusia
yang didirikan atas unsur kesamaan. Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi
yang sama, seperti liberalisme, komunisme, dan sosialisme. Kesatuan
persaudaraan berdasarkan sistem politik yang sama. Bangsa-bangsa bergabung
dalam sistem kenegaraan besar, seperti NATO, ASEAN dll. Kesatuan persaudaraan
atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini
manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja melainkan seluruh
pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas yang terdalam dengan sesuatu yang
tertinggi yang dipercayai bersama
5) Fungsi Transformatif
Fungsi
transformatif disini diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan baru atau
mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih
bermanfaat. Sedangkan menurut Thomas F.,
enam fungsi agama dan masyarakat yaitu:
a. Sebagai pendukung,
pelipur lara, dan perekonsiliasi.
b. Sarana
hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara
keagamaan.
c. Penguat
norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada.
d. Pengoreksi fungsi yang sudah ada.
e. Pemberi
identitas diri.
f. Pendewasaan agama.
2. Dimensi Komitmen Agama
1) Dimensi Ritual
Dimensi ritual dapat menjelaskan komitmen keagamaan melalui
tingkah laku yang diharapkan akan muncul pada diri manusia yang menyatakan
keyakinan mereka pada agama yang mereka anut.
2) Dimensi
Keyakinan
Dimensi Keyakinan atau yang biasa disebut doktrin merupakan
dimensi yang paling mendasar dari agama karena menjelaskan seberapa besar
manusia memegang kepercayaan terhadap agama yang dianut dan menerima hal – hal yang
ada di dalam agama mereka.
3) Dimensi Pengetahuan
Dimensi
pengetahuan adalah dimensi yang menjelaskan tentang seberapa jauh seseorang
mengenal dan menegtahui hal – hal mengenai agama yang mereka yakini
seperti latar belakang ajaran agama tersebut.
4) Dimensi
Perasaan
Dimensi perasaan menjelaskan tentang dunia mental dan
emosional seseorang dan keinginan untuk mempercayai suatu agama serta takut
bila tak menjadi orang yang beragama.
5) Dimensi
Konsekuensi
Dimensi konsekuensi menjelaskan tentang tingkah laku
seseorang, tetapi berbeda dengan dimensi ritual karena tingkah laku yang
dimaksud adalah hal – hal yang terjadi di dalam kehidupan sehari – hari dan
muncul akibat motivasi dari agama mereka.
3.
Sebutkan 3 Tipe Kaitan
Agama dengan Masyarakat
1) Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai
sakral atau masyarakat yang terisolasi.
2) Masyarakat-masyarakat pra-industri yang
sedang berkembang yang tak terisolasi.
3) Masyarakat yang bisa terisolasi dan bisa juga
tak terisolasi.
4. Definisi Pelembagaan Agama
Lembaga agama adalah suatu
organisasi yang disahkan oleh pemerintah dan berjalan menurut keyakinan yang
dianut oleh masing-masing agama. Penduduk Indonesia pada umumnya telah menjadi
penganut formal salah satu dari lima agama resmi yang diakui pemerintah. Pengertian
pelembagaan agama itu sendiri ialah apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur, dan
bentuknya serta fungsi struktur agama.
5.
Contoh Kasus Konflik tentang Agama Yang Ada dalam
Masyarakat
Perbedaan konsepsi di antara
agama-agama yang ada adalah sebuah realitas, yang tidak dapat dimungkiri oleh
siapa pun. Perbedaan bahkan benturan konsepsi itu terjadi pada hampir semua
aspek agama, baik di bidang konsepsi
tentang Tuhan maupun konsepsi pengaturan kehidupan. Hal ini dalam
prakteknya, cukup sering memicu konflik fisik antara umat berbeda agama.
Konflik Maluku, Poso, ditambah
sejumlah kasus terpisah di berbagai
tempat di mana kaum Muslim terlibat konflik secara langsung dengan umat
Kristen adalah sejumlah contoh konflik yang
banyak dipicu oleh perbedaan konsep di antara kedua agama ini. Perang
Salib (1096-1271) antara umat Kristen Eropa dan Islam, pembantaian umat Islam
di Granada oleh Ratu Isabella ketika mengusir Dinasti Islam terakhir di
Spanyol, adalah konflik antara Islam dan Kristen yang terbesar sepanjang
sejarah. Catatan ini, mungkin akan bertambah panjang, jika intervensi Barat
(Amerika dan sekutu-sekutunya) di dunia Islam dilampirkan pula di sini.
Kasus-kasus ini merupakan contoh dari tidak adanya saling menghargai dan
toleransi sesama umat beragama. Seharusnya
kasus konflik seperti ini tidak terjadi lagi dalam era modern seperti sekarang.
Hal ini hanya akan menimbulkan hambatan-hambatan dalam kehidupan masing-masing
masyarakat, dimana seharusnya masyarakat saling membantu untuk memajukan
bangsa, bukan saling menghancurkan. Sesungguhnya sikap yang seperti itu hanya
akan memperburuk keadaan bangsa.
Sumber: