1. Pandangan
Hidup
Setiap manusia sudah pasti mempunyai pandangan hidupnya
masing-masing. Pandangan hidup bersifat kodrati yang telah diberikan oleh Tuhan
kepada setiap masing-masing manusia. Adapun pengertian pandangan hidup itu
adalah pendapat ataupun pertimbangan yang dijadikan untuk pegangan,
pedoman, arahan atau petujuk hidup di dunia agar dapat menjalani hidup yang
lebih baik lagi dengan adanya pandangan hidup tersebut.
Dengan demikian
pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat
saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga
hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat
diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar itu manusia
menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk
yang disebut pandangan hidup. Pandangan hidup berdasarkan asalnya yaitu terdiri
dari 3 macam:
- Pandangan hidup yang berasal dari agama
yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
- Pandangan hidup yang berupa ideologi yang
disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada suatu negara.
- Pandangan hidup hasil renungan yaitu
pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu
cita-cita, kebajikan, usaha, dan keyakinan
atau kepercayaan. Dari ke-4 unsur ini erat kaitannya yang tidak dapat
terpisahkan. Yang dimaksud dengan cita-cita adalah apa yang ingin dicapai
dengan usaha atau perjuangan yang akan ditempuh untuk mendapatkannya. Tujuan
yang ingin dicapai adalah kebajikan. Kebajikan adalah segala sesuatu hal yang
baik yang dapat manusia itu bahagia, makmur dan tentram. Usaha atau perjuangan
yaitu kerja keras yang dilandasi oleh kepercayaan dan keyakinann. Keyakinan
atau kepercayaan itu dapat diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani,
dan kepercayaan kepada Tuhan.
Selain
itu, menurut Islam, f ungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah
sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan
manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup
manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan
akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah,
yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah
itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Apa yang
harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? Dan
bagaimanakah manusia melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah
manusia bisa mencapai kesenangan dunia dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak
sekali ayat yang menjelaskan mengenai tiga pandangan ini kepada manusia. Antara
lain seperti disebutkan pada Surah Al-Baqarah ayat 30:
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui“. (Q.S.
Al-Baqarah: 30)
Jika
kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak
ada satu manusia pun di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun
“jabatan”. Jabatan-jabatan lain yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan
penjabaran dari jabatan pokok sebagai khalifatullah. Jika seseorang
menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu merupakan penjabaran dari jabatannya
sebagai khalifatullah, maka tidak ada satu
manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga tidak ada satu
manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-penyimpangan selama dia menjabat.
Jabatan
manusia sebagai khalifah adalah amanat Allah.
Jabatan-jabatan duniawi, misalkan yang diberikan oleh atasan kita, ataupun yang
diberikan oleh sesama manusia, adalah merupakan amanah Allah, karena merupakan
penjabaran dari khalifatullah. Sebagai khalifatullah,
manusia harus bertindak sebagaimana Allah bertindak kepada semua makhluknya.
Pada hakikatnya, kita menjadi khalifatullah secara resmi adalah
dimulai pada usia akil baligh sampai kita dipanggil kembali oleh Allah. Manusia
diciptakan oleh Allah di atas dunia ini adalah untuk beribadah.
2. Ideologi
Ideologi adalah kumpulan
ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt
de Tracy. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai
cara memandang segala sesuatu secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan
sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau
sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota
masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan
melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak
(tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik
sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap
pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem
berpikir yang eksplisit. Selain definisi di atas, berikut ada beberapa definisi
lain tentang ideologi:
- Gunawan Setiardjo:
Ideologi
adalah kumpulan ide atau gagasan atau aqidah ‘aqliyyah (akidah yang sampai
melalui proses berpikir) yang melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan.
- Destutt de Tracy:
Ideologi adalah studi terhadap ide-ide/pemikiran
tertentu.
- Descartes:
Ideologi
adalah inti dari semua pemikiran manusia.
- Machiavelli:
Ideologi
adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.
- Thomas H:
Ideologi
adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan dan
mengatur rakyatnya.
- Francis Bacon:
Ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu
konsep hidup.
- Karl Marx:
Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan
kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
- Napoleon:
Ideologi keseluruhan pemikiran politik dari
rival–rivalnya.
- Muhammad Ismail:
Ideologi
(Mabda’) adalah Al-Fikru al-asasi al-ladzi hubna Qablahu Fikrun Akhar,
pemikiran mendasar yang sama sekali tidak dibangun (disandarkan) di atas pemikiran
pemikiran yang lain. Pemikiran mendasar ini merupakan akumulasi jawaban atas
pertanyaan dari mana, untuk apa dan mau kemana alam, manusia dan kehidupan ini
yang dihubungkan dengan asal muasal penciptaannya dan kehidupan setelahnya.
- Taqiyuddin An-Nabhani:
Mabda’
adalah suatu aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan. Yang dimaksud aqidah
adalah pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup,
serta tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, di samping
hubungannya dengan Zat yang ada sebelum dan sesudah alam kehidupan di dunia
ini. Atau Mabda’ adalah suatu ide dasar yang menyeluruh mengenai alam semesta,
manusia, dan hidup. Mencakup dua bagian yaitu, fikrah dan thariqah.
Cita-cita
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, cita-cita adalah
keinginan atau kehendak yang selalu ada di dalam pikiran atau sebuah tujuan
sempurna (yang akan dicapai atau dilaksanakan) dimana untuk mewujudkannya,
kepentingan pribadi harus dikesampingkan.
Banyak orang yang mengganggap mimpi atau impian itu
sama dengan khayalan atau angan-angan tetapi sebenarnya serupa tapi tak sama.
Mimpi atau impian itu lebih ke arah sesuatu yang dapat digapai sedangkan
khayalan atau lamunan itu lebih ke arah keinginan yang tidak dapat
direalisasikan.
Dari kecil kita pasti dinasehati oleh orangtua, guru
ataupun buku untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit. Semua itu memang
benar karena dengan adanya cita-cita atau impian dalam hidup kita akan membuat
kita semangat dan bekerja keras untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di
dunia.
Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dapat
dicapai melalui kerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain dan
sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis dan bersifat mubazir
karena banyak waktu yang terbuang untuk menghayal yang tidak-tidak.
Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika
tidak bisa menentukan cita-cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang yang
berguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yang berkecukupan. Untuk
mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa mempelajari kisah
sukses orang lain atau membaca atau melihat film motivasi hidup seperti laskar
pelangi.
Tapi jangan lupa dengan cita-cita setelah kita mati
nanti yaitu masuk surga. Masuk surga pun harus kita perjuangkan selama kita
hidup di dunia karena hidup kita pada dasarnya adalah untuk ibadah dan
merupakan ujian Tuhan kepada kita. Kita mati tidak membawa apa-apa selain amal
ibadah kita.
Hidup akan berguna jika
kita lebih banyak memberi dan sedikit menerima. Banyak berbuat kebaikan dan
melawan kejahatan jauh lebih membanggakan daripada hidup jadi penjahat dan
mengejar kenikmatan dunia/hedonisme. Manusia tidak akan puas dengan harta, oleh
karena itu hiduplah sederhana dan banyak memberi. Dengan begitu kelak di
akhirat kita bisa tersenyum bangga atas kemenangan kita selama hidup di dunia.
Kebajikan
Kebajikan adalah segala
sesuatu hal yang baik yang dapat manusia itu bahagia, makmur dan tentram. Prinsip bahwa kebajikan merupakan suatu pengetahuan
adalah bahwa untuk mengatahui kebaikan adalah dengan melakukan kebaikan.
Kejahatan, kekeliruan atau semacamnya muncul karena kurangnya pengetahuan,
ketidakacuhan, dan ketiadaan lainnya. jika mengetahui kebaikan adalah dengan
melakukan kebaikan, maka kekeliruan hanya datang dari kegagalan untuk
mengetahui apa yang baik. “Tak ada orang yang melakukan kejahatan secara sukarela”,
kalau mengetahui kebaikan tentang sesuatu (dalam hal apapun itu), seseorang tak
mungkin bermaksud memilih kejahatan.
Seseorang harus tahu
sifat alamiah manusia, supaya mengerti apa yang baik bagi manusia dan apa yang
akan bisa membawa kebahagiaan, serta supaya mengerti bagaimana hidup dan apa
yang harus dikejar untuk diraih. Tanpa memperhatikan ini, tak akan pernah tahu
apa yang baik bagi manusia dalam sebuah kehidupan, mengejar demi mencapai
sesuatu namun tak pernah mendapatkan kebahagiaan, kehidupan seperti bisa
dikatakan “kehidupan yang tak teruji, sedangkan kehidupan yang tak teruji tidak
layak disebut hidup” (Socrates : Seri Petualangan Filsafat).
Usaha atau Perjuangan
Usaha atau perjuangan
adalah bentuk kerja keras untuk mewujudkan tujuan atau cita-cita. Tanpa adanya
usaha, hidup manusia tak ada artinya. Manusia diciptakan berakal dan berindra,
dimana apa yang dititipkan-Nya harus dipotensialkan sesuai kemampuannya.
Perjuangan merupakan
bagian tak terpisahkan dari hidup dan kehidupan. Perjuangan merupakan bentuk
dari serangkaian upaya yang dilakukan. Ketika berupaya untuk meraih apa yang
kita inginkan, kita tentu membutuhkan serangkaian action,
strategi dan perilaku yang tepat. Pengulangan ketiganya secara terus menerus
melalui perbaikan dan pengembangan yang dibutuhkan sesungguhnya merupakan inti
dari perjuangan hidup.
Kedua adalah perwujudan,
yang mengartikan perlunya implementasi dan hasil nyata. Ketika suatu tujuan
telah ditetapkan dan ingin dicapai maka langkah berikutnya harus disertai
dengan implementasi. Di setiap proses perjuangan selalu membutuhkan
implementasi nyata. Hasil nyata akan terwujud apabila kita bisa menjaga proses
implementasi dengan baik dan benar. Hasil yang mampu dicapai merupakan wujud
dari sebuah perjuangan.
Perjuangan tidak selalu
identik dengan lamanya kita melakukan proses implementasi untuk mewujudkan
keinginan kita. Bisa jadi seseorang membutuhkan perjuangan yang lebih singkat
dengan sedikit sumber daya yang dibutuhkan, sedangkan individu lainnya justru
sebaliknya. Kesiapan, ketersediaan dan kualitas sumber daya, strategi, situasi
dan tingkat kesulitan yang dihadapi, serta dukungan dari lingkungan internal
maupun eksternal amat menentukan seberapa besar dan lamanya sebuah perjuangan
harus dilakukan.
Keyakinan atau Kepercayaan
Keyakinan adalah
suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan
menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan
merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar. Atau,
keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu masa, manusia
pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat tata surya, belakangan disadari
bahwa keyakinan itu keliru. Tetapi dalam segi Islam, keyakinan tersebut
bersifat mutlak karena apa yang diajarkan oleh Islam adalah bersumber dari
Allah. Dan sudah terjamin kebenarannya.
Langkah-Langkah Berpandangan
Hidup yang Baik
Setiap manusia pasti
mempunyai pandangan hidup dan akan melakukan usaha untuk dapat mencapai dan
berhasil dalam kehidupan yang diinginkannya. Tetapi apapun itu, yang terpenting adalah memiliki pandangan hidup yang
baik agar dapat mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik pula. Adapun
langkah-langkah berpandangan hidup yang baik yakni:
- Mengenal
Mengenal
merupakan suatu kodrat bagi manusia, yaitu merupakan tahap pertama dari setiap
aktivitas hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya
kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu pasti mempunyai pandangan hidup,
maka kita dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak manusia itu ada,
dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu belum turun ke dunia.
- Mengerti
Tahap
kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini
dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bernegara
kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila
kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan
bernegara. Begitu juga bagi yang berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya
kita mengerti apa itu Al-Qur’an dan Hadist. Dan bagaimana keduanya itu mengatur
kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
- Menghayati
Langkah
selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup
itu. Dengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan
benar mengenai kebenaran pandangan hdiup itu sendiri. Menghayati disini dapat
diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu dengan
memperluas dan mernperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini, menganalisa
hal-hal yang berhubungan dengan pandangan hidup, bertanya kepada orang yang
dianggap lebih tahu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu
atau mengenai pandangan hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hidup
kita akan memperoleh kebenaran tentang pandangan hidup itu sendiri.
- Meyakini
Setelah
mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau
dari segi kemasyarakatan maupun negara dan dari kehidupan di akhirat, maka
hendaknya kita meyakini pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini
ini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga
dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
- Mengabdi
Pengabdian
merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang
telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain.
Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya. Sedangkan perwujudan
manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu
sendiri bisa terwujud di saat masih hidup dan atau sesudah meninggal, yaitu di
alam akhirat.