Kepribadian Bangsa Timur
Bangsa timur
adalah bangsa yang terdapat di benua Asia.
Bangsa timur mempunyai berbagai ciri identik. Sebagian besar berambut
hitam dan berkulit sawo matang. Bangsa timur pun mempunyai kepribadian yang menarik
dalam lingkungannya. Pada umumnya, bangsa timur mempunyai sifat toleransi yang
tinggi, sikap ramah tamah, dan suka bergotong royong. Selain itu, kepribadian
yang membedakan bangsa timur dengan bangsa barat adalah bangsa timur menjunjung
nilai kesopanan yang lebih tinggi dibandingkan bangsa barat. Serta bangsa timur
dikenal lebih agamis.
Pada
kesehariannya, bangsa timur lebih sopan dalam berpakaian. Dikarenakan sebagian
besar bangsa timur memeluk agama islam, yang memiliki adab dalam berpakaian.
Namun kepribadian dalam berpakaian sopan mulailah pudar. Dikarenakan pada zaman
sekarang, bangsa timur banyak meniru kepribadian bangsa barat. Dengan begitu bangsa timur menjadi sulit
dibedakan dengan bangsa barat.
Sebagai bangsa
timur, kita harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang memang telah
menjadi ciri khas kita. Sebenarnya bisa kita pikirkan sendiri, mana budaya yang
lebih baik dan banyak memberikan manfaat. Bukan berarti kita tidak boleh
mengikuti bangsa barat, tetapi kita harus tetap berfikir cerdas dalam menyaring
budaya yang masuk. Sehingga kita bisa mempertahankan kepribadian bangsa timur,
jika memang budaya bangsa timur lebih baik. Namun jika tidak lebih baik, mengapa
tidak kalau kita mengikuti budaya yang lebih baik.
Pengertian Kebudayaan
Menurut E.B
Taylor (1987), kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat. Namun secara umum, budaya adalah bagian yang tak terpisahkan dalam
kehidupan manusia.
Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Banyak hal yang dapat membuktikannya. Misalnya, umat
islam yang mengadakan takbiran pada malam sebelum hari raya idul fitri. Selain
itu, banyak pula budaya lama yang sampai sekarang masih tetap dilakukan karena
kepercayaan kepada nenek moyang. Dengan begitu, manusia bangsa manapun pasti berbudaya.
Terdapat firman
Allah dalam Al-Quran surah Al-Mujadalah ayat 11: “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam merupakan
tanda bagi orang-orang yang berfikir. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah
dengan cara berdiri, duduk ataupun berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi, maka mereka berkata, ya Tuhan kami, tidaklah Kau
menciptkan semua ini dengan sia-sia, maha suci Engkau, maka lindungilah kami
dari api neraka”.
Berdasarkan ayat
diatas, dapat disimpulkan dengan jelas bahwa manusia itu berbudaya. Karena ayat
diatas meliputi pengetahuan tentang penciptaan langit dan bumi dengan cara
berfikir dan kepercayaan terhadap ciptaan yang tidak sia-sia. Maka dari itu, alangkah
baiknya jika kita selalu berusaha memperbaiki diri kita sebagai mahluk yang
berbudaya dan terus bersemangat mengembangkan budaya yang dipandang benar oleh
syariat islam.
Unsur-Unsur Kebudayaan
1. Sistem Bahasa, yaitu
suatu sistem lambang bunyi secara arbitrer yang berupa ucapan manusia yang
digunakan untuk berinteraksi
2. Sistem Pengetahuan,
yaitu hal-hal yang diketahui manusia yang bersumber dari apa saja
3. Organisasi sosial,
yaitu sistem yang mengatur semua aspek kehidupan masyarakat
4. Sistem Peralatan Hidup
dan Teknologi, yaitu sistem yang mencakup cara-cara manusia menggunakan dan
memelihara alat-alat yang digunakan dalam kehidupan
5. Sistem Mata Pencarian Hidup, yaitu aktivitas masyarakat dalam
memenuhi segala kebutuhan hidup
6. Kesenian, yaitu suatu sistem keindahan yang memiliki nilai dan
makna bagi suatu kebudayaan
7. Sistem Religi, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan keyakinan mempercayai sesuatu yang belum pernah dilihat
Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1. Gagasan (Wujud Ideal).
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Sifatnya
abstrak, tidak dapat diraba. Letaknya didalam alam pikiran manusia. Sekarang
kebudayaan ideal ini banyak tersimpan dalam arsip kartu komputer, pita
komputer, dan sebagainya. Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup
dalam masyarakat dan memberi jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak
terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu sistem,
disebut sistem budaya atau cultural, yang dalam bahasa Indonesia disebut adat
istiadat.
2. Aktivitas (Tindakan). Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan
kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (Karya). Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil
dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya
paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Koentjoroningrat, wujud kebudayaan
juga dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Wujud kebudayaan
sebagai kompleks dari ide-de, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan dan sebagainya
2. Wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat
3. Wujud kebudayaan
sebagai benda-benda hasil karya manusia
Orientasi Nilai Budaya
Kebudayaan merupakan
jalan atau arah didalam bertindak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup
baik jasmani maupun rohani. Kebudayaan bersifat diturunkan dan berbeda-beda antar
bangsa maupun agama. Definisi kebudayaan menurut para ahli:
1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
2. M. Jacobs dan B.J.
Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan sosial.
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan sosial.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia.
4. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Orientasi Human Nature
Pada orientasi ini, menunjuk pada karakter yang membawa atau menunjukan sifat manusia sebagai pandangan baik atau buruknya suatu pembawaan. Selain itu, manusia juga dipandang dapat merubah atau tidak dapat dirubah. Ada enam solusi potensial pada masalah ini, yaitu :
Pada orientasi ini, menunjuk pada karakter yang membawa atau menunjukan sifat manusia sebagai pandangan baik atau buruknya suatu pembawaan. Selain itu, manusia juga dipandang dapat merubah atau tidak dapat dirubah. Ada enam solusi potensial pada masalah ini, yaitu :
1. Manusia yang jahat tetapi dapat merubah
2. Manusia itu jahat tapi tidak dapat dirubah
3. Manusia adalah netral yang respek pada baik dan jahat
4. Manusia adalah campuran baik dan jahat
5. Manusia itu baik tapi dapat berubah
6. Manusia itu baik dan tidak dapat berubah
Orientasi Nature/Alam-Person
Terdapat 3 tipe, yaitu:
2. Manusia itu jahat tapi tidak dapat dirubah
3. Manusia adalah netral yang respek pada baik dan jahat
4. Manusia adalah campuran baik dan jahat
5. Manusia itu baik tapi dapat berubah
6. Manusia itu baik dan tidak dapat berubah
Orientasi Nature/Alam-Person
Terdapat 3 tipe, yaitu:
1. Menguasai alam:
orientasi ini melihat bahwa semua kekuatan alam dapat mengatasi masalah
2. Harmoni dengan alam: orientasi ini bahwa disini tidak ada perbedaan antara kehidupan manusia dengan alam supernatural
3. Penaklukan terhadap alam yang unggul di negara seperti Spanish Amerika, yaitu kita percaya bahwa tidak ada sesuatu yang dapat dikerjakan untuk mengontrol alam, jika ada ancaman tidak sesuatupun yang dapat terlepas dari bahaya
2. Harmoni dengan alam: orientasi ini bahwa disini tidak ada perbedaan antara kehidupan manusia dengan alam supernatural
3. Penaklukan terhadap alam yang unggul di negara seperti Spanish Amerika, yaitu kita percaya bahwa tidak ada sesuatu yang dapat dikerjakan untuk mengontrol alam, jika ada ancaman tidak sesuatupun yang dapat terlepas dari bahaya
Orientasi Waktu
Merupakan orientasi pada tiga masa yaitu:
1. Waktu masa lalu adalah unggul dalam budaya dalam penempatan nilai yang tinggi pada tradisi di masa lalu
2. Orientasi masa sekarang yaitu dimana orang-orang memberi perhatian yang relatif kecil pada apa yang dikerjakan pada masa lalu dan pada apa yang akan terjadi masa depan
3. Orientasi masa depan dimana memiliki nilai tinggi
Orientasi Aktivitas
Aktivitas manusia dapat dilihat dalam tiga cara yaitu:
1. Doing, orientasi ini melibatkan pada tipe aktivitas yang hasilnya tampak pada eksternal individu yang diukur dengan sesuatu
2. Being adalah merupakan lawan dari orientasi doing
3. Becoming merupakan integrasi keseluruhan pada perkembangan diri
Merupakan orientasi pada tiga masa yaitu:
1. Waktu masa lalu adalah unggul dalam budaya dalam penempatan nilai yang tinggi pada tradisi di masa lalu
2. Orientasi masa sekarang yaitu dimana orang-orang memberi perhatian yang relatif kecil pada apa yang dikerjakan pada masa lalu dan pada apa yang akan terjadi masa depan
3. Orientasi masa depan dimana memiliki nilai tinggi
Orientasi Aktivitas
Aktivitas manusia dapat dilihat dalam tiga cara yaitu:
1. Doing, orientasi ini melibatkan pada tipe aktivitas yang hasilnya tampak pada eksternal individu yang diukur dengan sesuatu
2. Being adalah merupakan lawan dari orientasi doing
3. Becoming merupakan integrasi keseluruhan pada perkembangan diri
Orientasi Relational
Menurut Kluckhon dan Strodbeck memisahkan tiga cara untuk mengartikan hubungan dengan orang lain yaitu:
1. Individualism
Orientasi ini ditandai dengan otonomi individu dengan kata lain individu adalah unik dan sebagai entitas tersendiri. Prioritas tujuan dan sasarannya adalah memprioritaskan pada individu daripada kelompok. Contoh negara yang seperti ini adalah Amerika Serikat
2. Orientasi Langsung atau Lineality
Orientasi ini memfokuskan pada kelompok dengan tujuan kelompok adalah lebih utama. Menurut Kluckhon dan Strodbeck kontinyuitas dari kelompok adalah melalui waktu. Individu-individu adalah penting hanya untuk anggota kelompok tersebut. Contohnya beberapa negara aristokrasi di Eropa.
3. Collaterality
Orientasi ini memfokuskan pada kelompok tetapi bukan perluasan kelompok melalui waktu. Agaknya fokus pada perluasan kelompok secara lateral/ ke samping (anggota kelompok dari individu yang paling dekat dalam waktu dan tempat). Tujuan dari kelompok untuk kepentingan individu. Pada kenyataannya orang-orang tidak mempertimbangkannya kecuali sebagai lawan anggota kelompok. Contoh identifikasi orang jepang dengan perusahaannya dimana ia bekerja atau universitas dimana dia belajar.
Menurut Kluckhon dan Strodbeck memisahkan tiga cara untuk mengartikan hubungan dengan orang lain yaitu:
1. Individualism
Orientasi ini ditandai dengan otonomi individu dengan kata lain individu adalah unik dan sebagai entitas tersendiri. Prioritas tujuan dan sasarannya adalah memprioritaskan pada individu daripada kelompok. Contoh negara yang seperti ini adalah Amerika Serikat
2. Orientasi Langsung atau Lineality
Orientasi ini memfokuskan pada kelompok dengan tujuan kelompok adalah lebih utama. Menurut Kluckhon dan Strodbeck kontinyuitas dari kelompok adalah melalui waktu. Individu-individu adalah penting hanya untuk anggota kelompok tersebut. Contohnya beberapa negara aristokrasi di Eropa.
3. Collaterality
Orientasi ini memfokuskan pada kelompok tetapi bukan perluasan kelompok melalui waktu. Agaknya fokus pada perluasan kelompok secara lateral/ ke samping (anggota kelompok dari individu yang paling dekat dalam waktu dan tempat). Tujuan dari kelompok untuk kepentingan individu. Pada kenyataannya orang-orang tidak mempertimbangkannya kecuali sebagai lawan anggota kelompok. Contoh identifikasi orang jepang dengan perusahaannya dimana ia bekerja atau universitas dimana dia belajar.
Perubahan Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah suatu
kondisi dimana suatu budaya yang biasa yang digunakan atau diturunkan berubah.
Hal tersebut terjadi jika terdapat budaya baru yang mempengaruhinya. Jika
budaya baru tersebut diterima oleh masyarakat, maka akan terjadi perubahan
kebudayaan. Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya sesuatu
unsur kebudayaan baru atau asing dalam suatu masyarakat, yaitu:
1. Masyarakat tersebut terbiasa mempunyai hubungan/kontak
kebudayaan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut, yang
mempunyai kebudayaan yang berbeda. Sebuah masyarakat yang terbuka bagi
hubungan-hubungan dengan orang yang beraneka ragam kebudayaannya, cenderung
menghasilkan warga masyarakat yang bersikap terbuka terhadap unsur-unsur
kebudayaan asing. Sikap mudah menerima kebudayaan asing lebih-lebih lagi nampak
menonjol kalau masyarakat tersebut menekankan pada ide bahwa kemajuan dapat
dicapai dengan adanya sesuatu yang baru, yaitu baik yang datang dan berasal
dari dalam masyarakat itu sendiri, maupun yang berasal dari kebudayaan yang
datang dari luar.
2. Pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam kebudayaan
tersebut ditentukan oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama, ajaran
ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada dalam masyarakat tersebut,
maka penerimaan unsur-unsur kebudayaan yang baru atau asing selalu mengalami
kelambatan karena harus disensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan
pada ajaran agama yang berlaku. Dengan demikian, suatu unsur kebudayaan baru
akan dapat diterima jika unsur kebudayaan yang baru tersebut tidak bertentangan
dengan ajaran agama yang berlaku, dan karenanya tidak akan merusak pranata-pranata
yang sudah ada.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses
penerimaan unsur kebudayaan baru. Suatu struktur sosial yang didasarkan atas
sistem otoriter akan sukar untuk dapat menerima suatu unsur kebudayaan baru,
kecuali kalau unsur kebudayaan baru tadi secara langsung atau tidak langsung
dirasakan oleh rezim yang berkuasa sebagai sesuatu yang menguntungkan mereka.
4. Suatu unsur kebudayaan baru dengan lebih mudah diterima oleh
suatu masyarakat kalau sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi
landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut. Di pedesaan di
pulau Jawa, adanya sepeda sebagai alat pengangkut dapat menjadi landasan
memudahkan di terimanya sepeda motor di daerah pedesaan di Jawa dan memang
dalam kenyataan demikian.
5. Sebuah unsur baru yang mempunyai skala kegiatan yang terbatas
dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya oleh warga masyarakat yang
bersangkutan, dibandingkan dengan sesuatu unsur kebudayaan yang mempunyai skala
luas dan yang sukar secara konkrit dibuktikan kegunaannya. Contohnya adalah
diterimanya radio transistor dengan mudah oleh warga masyarakat Indonesia, dan
bahkan dari golongan berpenghasilan rendah merupakan benda yang biasa dipunyai.
Dari beberapa pokok pembicaraan yang
dikemukakan di atas berkenaan dengan penerimaan unsur-unsur baru, dapat
dikatakan bahwa inovasi bisa terdapat karena:
1) Inovasi tersebut bertentangan dengan pola-pola kebudayaan yang
sudah ada
2) Kalau inovasi tersebut akan mengakibatkan perubahan pola-pola
kebudayaan dan struktur sosial yang sudah ada dan menggantikannya dengan yang
baru
3) Kalau inovasi tersebut bersifat mendasar berkenaan dengan
pandangan hidup atau nilai yang ada dalam masyarakat bersangkutan: misalnya
“free lover” untuk masyarakat Indonesia akan ditentang kalau harus diterima
sebagai suatu cara hidup
4) Disamping itu bila inovasi itu dianggap terlalu mahal biayanya
juga akan terhambat dalam penciptaannya maupun dalam penyebaran atau difusinya,
terkecuali kalau oleh kelompok yang digolongkan sebagai “vested interests”
inovasi tersebut dianggap menguntungkan maka inovasi akan diterima.
Penerimaan atas unsur baru atau
inovasi dapat mengakibatkan terwujudnya berbagai kekacauan sosial sebelum
inovasi tersebut diterima dengan mantap dan menjadi baku dalam tata kehidupan
sosial yang berlaku dalam masyarakat. Kekacauan sosial tersebut biasanya
dinamakan sebagai disorganisasi sosial (social disorganization). Dalam keadaan
kekacauan sosial ini, aturan-aturan atau norma-norma lama sudah tidak berlaku
lagi atau sebagian-sebagian masih berlaku sedangkan aturan-aturan atau
norma-norma lama tersebut dalam mengatur kehidupan sosial warga masyarakat.
Sehingga dalam tahap ini terdapat semacam kebingungan atau kekacauan dalam berbagai
bidang kehidupan sosial. Bila unsur-unsur baru telah mantap diterima dan
norma-norma atau aturan-aturan baru telah mantap menjadi pegangan dalam
berbagai kegiatan sosial, maka dapatlah dikatakan bahwa masyarakat tersebut
telah mencapai tingkat tertib sosial lagi. Tidak selamanya suatu penerimaan
inovasi menimbulkan kekacauan sosial.
Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.
a. Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
1. Dinamika penduduk, yaitu pertambahan &
penurunan jumlah penduduk.
Adanya
penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang
bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan
dari bentuk penemuan lama (invention).
2. Munculnya berbagai bentuk pertentangan
(conflict) dalam masyarakat.
Terjadinya
pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu
menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator
proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan
perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam
keluarga.
b. Sebab-Sebab yang
Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
1. Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang
memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya.
Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka
harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut.
Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan
pola kelembagaannya.
2. Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang
antarnegara dapat me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya
akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
3.
Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang
berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat
diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu
kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan
mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses
imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau
diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
No comments:
Post a Comment